PRODUK ATAU JASA DALAM PEMASARAN INTERNASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk bisa dikatakan sebagai unsur
program pemsaran yang paling krusial. Produk menentukan lingkup bisnis suatu
perusahaan. Setiap aspek perusahaan (termasuk keputusan harga, komunikasi
pemasaran, dan distribusi) harus sesuai dengan kebijakan produk. Pelanggan dan
pesaing juga ditentukan oleh produk yang ditawarkan perusahaan. Kebutuhan dan
tuntutan adanya riset dan pengembangan tergantung pad teknologi produk dan visi
manajemen perusahaan. Tantangan bagi
perusahaan yang memasuki pasar global adalah mengembangkan kebijakan dan
strategi produk yang sensitive terhadap kebutuhan pasar, kompetisi, dan sumber
daya organisasi dalam skala global. Kebijakan produk harus bisa menyeimbangkan
antara manfaat dari adaptasi produk dengan preferensi pasar lokal dan
keunggulan yang didapatkan dari memfokuskan sumber daya organisasi pada
sejumlah kecil produk standar.
Menurut Kotler (2000), produk
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bisa ditawarkan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Jadi, produk bisa mencakup aspek fisik (tangible, seperti bentuk, warna, fitur,
dan sebagainya) maupun non fisik (intangible,
seperti citra, reputasi, dan seterusnya). Sementara itu menurut Keegan (1999),
produk merupakan kumpulan berbagai atribut fisik, psikologis, jasa/layanan, dan
simbolik yang secara kolektif membentuk kepuasan atau manfaat bagi para pembeli
atau pemakai.
Dari uraian diatas , makalah ini
akan membahas sejumlah tema sentral dalam manajemen produk dan jasa global, diantaranya
lingkup produk global, positioning produk dalam konteks pemasaran global,
desain produk global, modifikasi produk dalam rangka beradaptasi dengan
lingkungan Negara tujuan pemasaran, efek Negara asal, strategi ekspansi
geografis, siklus hidup produk internasional, pengembangan produk baru dalam
pemasaran global, dan jasa global.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari
penulisan makalah ini yaitu :
1. Agar
mahasiswa mengetahui tentang produk internasional, cara mendesain produk
internasional , strategi produk internasional dan siklus hidup produk
internasional.
2. Agar
mahasiswa mengetahui tentang pemasaran jasa internasional, dan faktor yang
memicu internasionalisasi jasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lingkup Produk Global
Produk bisa diklarifikasikan menurut
berbagai kategori, misalnya berdasarkan tipe pemakai dan tujuan dikonsumsinya,
maka produk bisa dibedakan menjadi produk konsumen (dibeli untuk keperluan
konsumsi pribadi atau keluarga) dan produk industrial (dibeli untuk diproses lebih
lanjut, disewakan, atau dijual kembali). Berdasarkan daya tahan dan tingkat
keberwujudannya, maka produk bisa dikategorikan menjadi barang tahan lama (durable goods), barang tidak tahan lama
(non-durable goods), barang sekali
pakai (disposable goods), dn jasa.
Selain itu produk konsumen masih
bisa dibedakan lagi berdasarkan ebiasaan konsumen berbelanja menjadi 4 macam: convenience, shopping, specialty, dan unsought goods). Produk industrial
diklasifikasikan berdasarkan biaya relatif dan peranannya dalam proses produksi
menjadi: bahan mentah dan dan komponen; barang modal; dan supplies & services. Klasifikasi – klasifikasi semacam ini yang
dikembangkan dalam lingkup pemasaran domestic berlaku pula pemasaran global.
Perbedaanya terletak pada lingkup geografisnya yang bisa dibedakan enjadi tiga
macam, yaitu : produk lokal/nasional, produk internasional, dan produk global.
2.1.1 Produk Nasional
Produk nasional/lokal adalah produk
suatu perusahaan yang hanya ditawarkan atau dijual di satu pasar nasional atau
Negara. Kadangkala produk nasional bisa dimunculkan oleh perusahaan global yang
berusaha melayani kebutuhan dan preferensi pasar Negara tertentu. Misalnya
Coca-Cola mengembangkan minuman non-karbonasi dengan rasa ginseng yang hanya
dijual di Jepang dan minuman khusu bermerek Pasturina untuk bersaing dengan
minuman ringan favorit Peru (Inca Cola).
Sekalipun sangat menguntungkan,
produk nasional bisa saja mengandung biaya kesempatan yang cukup substansial
bagi perusahaan. Pertama, keberadaan
bisnis semata-mata di satu Negara tidak memberikan peluang untuk mengembangkan
dan mendayagunakan global leverage
dalam hal pemasaran, riset dan pemasaran, serta produksi. Kedua, produk lokal/nasional tidak memungkinkan adanya transfer dan
aplikasi pengalaman yang diperoleh dari satu pasar ke pasar lainnya. Dengan
kata lain single-country marketers
tidak bisa memanfaatkan potensi analisis komaparatif yang sangat bermanfaat
dalam mengevaluasi pasar multi-negara. Ketiga
, single-country product tidak bisa memanfaatkan transfer
keahlian manajerial yang didapatkan dari single-product
area.
2.1.2 Produk Internasional
Produk internasional/regional
merupakan produk yang ditawarkan di pasar global. Produk seperti ini bersifat
internasional dan multi regional. Beberapa produk global memang dirancang
khusus untuk memenuhi kebutuhan pasar global, sementara beberapa produk global
lainnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional tertentu sekaligus
kebutuhan pasar global.
Patut dicatat bahwa produk tidak
sama dengan merek. Contohnya personal stereo merupakan kategori produk,
sedangkan Sony merupakan merek global. Merek global, seperti halnya merek
nasional atau merek internasional, mengandung symbol tertentu yang diyakini
konsumen. Merek global harus diciptakan para pemasar karena nama merek global
bisa berfungsi sebagai “payungP dalam memproduksi produk baru.
Merek global memiliki citra
sama/serupa, positioning sama/serupa, dan dilandaskan pada prinsip prinsip
strategic yang sama. Akan tetapi, bauran pemasaran (produk, harga, promosi, dan
saluran distribusi) untuk merek global bisa bevariasi antar Negara.
Produk global berbeda dengan merek
global dalam hal nama dan citra global. Produk global tidak menggunakan nama
dan citra yang sama diberbagai Negara. Namun, seperti halnya para merek global,
produk global juga dilandaskan pada prinsip strategic yang sama, menggunakan
positioning yang sama/serupa, dan menggunakan bauran pemasaran yang bervariasi.
Dibutuhkan upaya standarisasi nama dan citra produk untuk mengubah produk
global menjadi merek global.
2.2 Positioning Produk
Positioning produk menyangkut posisi
suatu merek dalam benak konsumen sedemikian rupa sehingga dipersepsikan unik
dan unggul dibandingkan merek pesaing dalam hal atribut dan manfaat produk.
2.2.1 Positioning berdasarkan
Atribut dan Manfaat
Strategi positioning yang paling
banyak diterapkan adalah berdasarkan manfaat atau atribut tertentu, seperti
ekonomi, reliabilitas, durabilitas, fitur, dan seterusnya.
2.2.2 Positioning berdasarkan
Kualitas/ Harga
Dalam strategi ini, positioning
dipandang sebagai kontinum antara high
fashion/quality and high price dan good
value at a low price.
2.2.3 Positioning berdasarkan
Pemakaian/Aplikasi Pemakai
Positioning juga bisa dilakukan
dengan menggambarkan cara pemakaian produk atau mengasosiasikannya dengan
pemakai atau kelas pemakai tertentu dengan cara yang sama di setiap pasar.
2.2.4 High Tech Positioning
Laptop, peralatan stereo, dan mobil
itu merupakan produk yang cocok dengan High
Tech Positioning. Produk – produk semacam ini biasanya dibeli lebih
berdasarkan fitur produk fisik, meskipun citra juga penting. Para pembeli
umumnya telah memiliki informasi teknis yang memadai.
2.2.5 High Touch Positioning
Pemasaran High Touch Products menuntut lebih sedikit informasi spesifik dan
lebih menekankan citra. Produk high touch
product memiliki keterlibatan konsumen yang tinggi. Pembelinya juga
memiliki bahasa dan serangkaian symbol khusus berkenaan dengan kesejahteraan,
materialism, dan romatika.
2.3 Desain Produk Global
Desain produk merupakan faktor kunci
dalam menetukan kesuksesan pemasaran global. Dalam batas – batas tertentu,
mengubah desain bisa menaikkan penjualan. Namun, manfaat dari peningkatan
penjualan potensial ini harus lebih besar dibandingkan biaya mengubah desain
produk dan mengujinya dipasar. Terdapat empat faktor yang harus dipertimbangkan
secara cermat oleh setiap pemasar global dalam membuat keputusan desain produk
: preferensi, biaya, hukum dan peraturan, dan kompabilitas.
2.3.1 Preferensi
Setiap pemasar global wajib memahami
perbedaan penting dan signifikan dalam hal preferensi antar budaya dan Negara,
misalnya masalah warna dan selera. Hal ini akan sangat berpengaruh pada
pemasaran berbagai macam produk, seperti makanan, pakaian, otomotif, mainan
anak – anak, produk elektronik, dan sebagainya. Pemasar yang mengabaikan
perbedaan preferensi konsumen bisa menghadapi masalah besar.
2.3.2 Biaya
Perancangan produk harus
mempertimbangkan faktor biaya secara luas. Maksudnya, yang dipertimbangkan
bukan hanya biaya produksi actual, namun juga biaya – biaya lain yang
berhubungan dengan desain, baik yang akan ditanggung produsen maupun konsumen
akhir.
2.3.3 Peraturan dan Hukum
Pemenuhan ketentuan hukum dan
regulasi di berbagai Negara berdampak langsung pada keputusan desain produk,
bahkan seringkali menuntut adaptasi desain produk yang bakal menaikkan biaya.
2.3.4 Kompabilitas
Isu desain produk yang terakhir
adalah menyangkut kompabilitas produk dengan lingkunga tempat produk bersangkutan
digunakan. Contohnya, seperti tidak adanya terjemahan manual pemakai ke
berbagai bahasa bisa berdampak negative pada penjualan produk global di Negara
– Negara yang bahasa ibunya berbeda.
2.4 Modifikasi Produk
Secara teoritis, pemasar global bisa
memperoleh beberapa manfaat lewat standarisasi meliputi penghematan biaya,
utilisasi dan transfer know-how,
citra kualitas dan layanan yang seragam
serta koordinasi dan pengendalian yang lebih mudah.
Manfaat- manfaat standarisasi
|
MANFAAT
|
DESKRIPSI
|
|
1.
Pengehematan biaya
|
·
Skala ekonomis dalam produksi dan
pemasaran
·
Meminimumkan biaya pengembangan
produk dan iklan.
|
|
2.
Utilisasi dan transfer know-how
|
·
Transfer pengalaman
·
Transfer gagasan
|
|
3.
Citra kualitas dan layanan yang
seragam
|
·
Pelanggan global
·
Komunikasi internasional
·
Global Brand
|
|
4.
Koordinasi dan pengendalian yang
lebih mudah
|
·
Standar yang seragam
|
Riset Kapferer dan Eurocom
mengungkap bahwa unsur – unsur bauran pemasaran yang mengalami standarisasi
juga berbeda – beda. Tabel dibawah ini menunjukkan komponen bauran pemasaran
yang paling sering distandarisasi. Dalam daftar tersebut terlihat bahwa logo
dan merek dagang merupakan komponen bauran pemasaran yang paling mudah dan
sering dibakukan antar Negara, sedangkan promosi penjualan cenderung sukar
distandarisasi karena masing – masing Negara memiliki aturan berbeda.
|
KOMPONEN BAURAN PEMASARAN
|
PRESENTASE (%)
|
|
Logo dan merek dagang
|
93
|
|
Nama merek
|
81
|
|
Fitur produk
|
67
|
|
Kemasan
|
53
|
|
Layanan purna jual
|
48
|
|
Saluran distribusi
|
46
|
|
Sponsoring
( arts)
|
32
|
|
Sponsoring (olahraga)
|
29
|
|
Positioning iklan
|
29
|
|
Eksekusi iklan
|
25
|
|
Penetapan harga relatif
|
24
|
|
Direct Marketing
|
18
|
|
Promosi penjualan
|
10
|
Dalam praktiknya, standarisasi total
sulit diwjudkan. Hal ini karena ada sejumlah kendala berupa regulasi,
infrastruktur, kompetisi, maupun preferensi pelanggan yang berbeda – beda.
Pemasar global, harus memodifikasi produknya agar lebih sesuai dengan kondisi
pemakaian dan lingkungan yang berbeda antar Negara. Proses modifikasi produk
kerapkali perlu dilakukan karena pengaruh beberapa faktor berikut :
1. Standar
dan Regulasi Produk
Dalam berbagai kasus, produk wajib
dimodifikasi guna memenuhi regulasi produk dan standar kualitas nasional maupun
internasional (seperti ISO 9000).
2. Sistem
Pengukuran dan Kalibrasi
Ukuran – ukuran yang berbeda seperti
kg, gr, pound, liter, gallon, km, mil, dan seterusnya menyebabkan perlunya
penyesuaian produk – produk grocery
terkemas seperti deterjen, sereal, dan lain – lain.
3. Merk
Dagang (trademarks)
Merek dagang dan bentuk perlindungan
intellectual property lainnya,
seperti hak paten dan hak cipta, bisa menuntut modifikasi produk berikut merek
dan kemasannya. Apabila, merek maupun kemasan perusahaan telah lebih dulu
digunakan oleh perusahaa lain di tujuan pemasaran, maka modifikasi wajib
dilakukan.
4. Iklim
dan Kondisi Pemakaian
Kadangkala produk harus dimofikasi
sedemikian rupa, sehingga bisa beroperasi secara efektif dalam lingkungan atau
kondisi iklim yang berbeda.
5. Bahasa
dan Simbolisme
Biasanya label kemasan dan instruksi
pemakaian harus diterjemahkan ke bahasa setempat, misalnya bila ada instruksi
menyangkut dosis, aturan dan prosedur pemakaian produk. Selain itu, pemasar harus bisa mencermati simbolisme
berkenaan dengan kemasan dan bahasa. Asosiasi warna juga bisa memicu modifikasi
produk, misalnya di Malaysia warna hijau melambangkan bahaya, konsekuensinya
warna hijau jarang dipakai untuk kemasan disana.
6. Preferensi
Model, Desain, dan Rasa.
Modifikasi produk juga diperlukan
dalam rangka memenhui preferensi pelanggan dalam hal model atau desain, missal
Avon memodifikasi kemasan kosmetiknya di Jepang dari tube plastik menjadi
kontainer kaca buram. Produk juga harus dimodifikasi untuk memenuhi preferensi
rasa yang disukai konsumen, terutama dalam hal rasa manis atau pahit.
2.5 Efek Negara Asal (Country of
Origin)
Banyak penelitian yang mengungkap
bahwa evaluasi yang dilakukan konsumen atas suatu produk tertentu tidak hanya
didasarkan pada daya tarik karakteristik produk fisik saja, tetapi juga
berdasarkan Negara yang memproduksinya (country
of origin). Yang dimaksud dengan country
of origin effect (COE) adalah
segala pengaruh dari Negara produsen terhadap persepsi positif maupun negatif
konsumen atas produk tertentu.
Tak satupun Negara yang memonopoli
reputasi positif untuk suatu produk dan juga tidak reputasi yang secara
universal inferior. Setiap individu di Negara tertentu juga berbeda – beda
dalam hal arti penting country of origin bagi mereka dan persepsinya terhadap berbagai
Negara. Implikasinya, reputasi suatu Negara bisa berbeda – beda di setiap
Negara dan bisa berubah seiring peubahan waktu.
2.6 Strategi Ekspansi Geografis
|
Strategi 2:
Product
Extension, Communications Adaptation
Contoh
: Sepeda dan Sepeda Motor
|
Strategi 4:
Dual
Adaptation
Contoh:
Kartu ucapan
|
|
Strategi 1:
Dual
Extension
Contoh:
perangkat lunak aplikasi
|
Strategi 3:
Product
Adaptation, Communication Extention
Contoh:
Peralatan listrik
|
Berbeda
Sama
Sama Berbeda
Produk
Strategi
1 : Perluasan Produk – Komunikasi (dual
extension)
Banyak perusahaan yang melaksanakan
perluasan produk dan komunikasi sebagai strategi untuk memanfaatkan peluang di
pasar luar negeri. bila kondisinya tepat, strategi ini bisa menjadi strategi
pemasaran produk yang paling mudah dan paling menguntungkan. Perusahaan yang
menerapkan strategi ini menjual produk yang sama dengan daya tarik iklan maupun
promosi yang juga sama dengan di Negara asalnya ke beberapa atau semua pasar
Negara yang dimasuki. Biasanya strategi ini digunakan dalam tahap 2, 4, dan 5
dalam evolusi perusahaan global. Perbedaan utamanya terletak pada implementasi
dan dasar pemikiran. Dalam perusahaan tahap 2, strategi perluasan ganda (dual extension) tumbuh dari orientasi
etnosentris dan berasumsi bahwa semua pasar serupa, sedangkan perusahaan tahap
4 dan 5 beroriantasi geosentris dan berusaha memahami sepenuhnya perbedaan –
perbedaan antar pasar nasional serta memanfaatkan kesamaan dalam pasar dunia.
Evolusi perusahaan global
|
Aspek
|
Tahap dan Perusahaan
|
||||
|
|
1
Domestik
|
2
Internasional
|
3
Multinasional
|
4
Global
|
5
Transnasional
|
|
Strategi
|
Domestik
|
Internasional
|
Multi-domestik
|
Global
|
Global
|
|
Model
|
Tidak ada
|
Federasi terkoordinasi
|
Federasi terdesentralisasi
|
Pusat tersentralisasi
|
Jaringan terintegrasi
|
|
Perspektif
Terhadap
Dunia
|
Home Country
|
Perluasan pasar
|
Pasar nasional
|
Pasar atau sumber daya global
|
Pasar dan sumber daya global
|
|
Orientasi
|
Etnosentris
|
Etnosentris
|
Polisentris
|
Campuran
|
Geosentris
|
|
Aset kunci
|
Berlokasi di home country
|
Aset inti tersentralisasi, lainnya
tersebar
|
Terdesentralisasi dan self-sufficient
|
Semua ada di home country kecuali
pemasaran atau sourcing
|
Tersebar, saling tergantung, dan
terspesialisasi
|
|
Peranan
Unit Negara
|
Negara tunggal
|
Mengadaptasi dan memperluas kompetensi
|
Mengeksploitasi peluang lokal
|
Pemasaran atau sourcing
|
Kontribusi pada perusahaan di seluruh
dunia
|
|
pengetahuan
|
Home country
|
Diciptakan di pusat dan ditransfer
|
Dikuasai di unit operasional
|
Pemasaran atau sourcing digunakan dan
dikembangkan bersama
|
Semua fungsi dikembangkan dan
dipergunakan bersama
|
Strategi
2 : Perluasan Produk – Adaptasi Komunikasi
Apabila suatu produk bisa memenuhi
kebutuhan yang berbeda, menarik segmen yang berbeda atau dipakai dengan fungsi
yang berbeda dalam kondisi pemakaian yang sama atau serupa dengan di
pasardomestik, maka satu – satunya penyesuaian yang mungkin diperlukan adalah
komunikasi pemasaran.
Dalam strategi ini, perluasan produk
bisa dihasilkan dari desain khusus maupun karena faktor kebetulan. Produk fisik
yang sama bisa melayani fungsi atau penggunaan yang berbeda dari desain semula
atau konsep produk sewaktu diciptakan. Daya tarik utama strategi perluasan
produk-adaptasi komunikasi adalah biaya implementasi yang relatif murah. Karena
produk dalam strategi ini tidak diubah, maka biaya riset dan pengembangan,
peralatan, pendirian pabrik, dan sediaan yang berkaitan denganpenambahan lini
produk dapat dihindari.
Strategi
3 : Adaptasi Produk – Perluasan komunikasi
Dalam pendekatan ini, strategi
komunikasi pemasaran di home country diperluas tanpa adanya perubahan, namun
produk diadaptasikan dengan penggunaan lokal atau kondisi yang dikehendaki.
Strategi ini bisa dipergunakan oleh perusahaan dalam tahap 3, 4, dan 5 yang
dapat dilihat pada table evolusi perusahaan global. Perbedaan utamanya adalah
implementasi dan dasar pemikiran. Dalam perusahaan tahap 3, strategi adaptasi
produk tumbuh dari orientasi polisentris, dimana perusahaan tahap 3
mengasumsikan semua pasar berbeda. Sebaliknya orientasi geosentris dari manajer
dan eksekutif dalam perusahaan tahap 4 dan 5 telah melakukan sintesis menjadi
kenyataan, bukan sekedar mengasumsikan perbedaan antar pasar nasional.
Strategi
4 : Adaptasi Ganda (Dual Adaptation)
Ketika membandingkan pasar geografis
yang baru dengan home country, pemasar kadangkala menemukan bahwa kondisi
lingkungan dari penggunaan produk maupun preferensi konsumen berbeda. Pada
dasarnya situasi ini merupakan kombinasi dari kondisi pasar dalam strategi 2
dan 3. Dalam kondisi semacam ini perusahaan dalam tahap 4 dan 5 akan
menggunakan strategi adaptasi produk dan komunikasi . seperti halnya dengan
strategi 3, perusahaan tahap 3 juga akan menggunakan adaptasi ganda, terlepas
dari apakah strategi itu dilandasi oleh kondisi pasar, preferensi, fungsi, dan
penerimaan konsumen atau tidak. Kadangkal perusahaan perusahaan bisa menerapkan
keempat strategi yang dikupas diatas secara bersama – sama kalau memasarkan
produk tertentu diberbagai tempat di dunia.
Strategi
5 : Product Invention
Strategi adaptasi merupakan
pendekatan efektif untuk pemasaran internasonal (tahap 2) dan multinasional
(tahap 3), namun mungkin kurang tepat untuk mengeksplitasi peluang pasar
global. Strategi tersebut tidak bisa merespon situasi pasar yang pelanggannya
tidak berdaya beli terhadap pproduk yang sudah ada maupun produk yang
diadaptasi, seperti dijumpai di Negara sedang berkembang yang mencakup tiga
perempat populasi dunia. Jika pelanggan potensial memiliki daya beli terbatas,
maka perusahaan perlu produk yang benar – benar baru yang dirancang untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan harga yang terjangkau. Tuntutan
dalam strategi invensi memang amat tinggi , namun memberikan hasil potensial
yang juga setimpal.
2.7 Siklus Hidup Produk
Internasional
Dalam konteks pemasaran
internasional terdapat siklus hidup produk internsional (International Product Life Cycle) yang menggambarkan proses difusi
suatu inovasi anatar batas suatu Negara. Siklus ini dimulai ketika sebuah
Negara maju yang memiliki produk baru ingin memanfaatkan terobosan teknologi
tersebut dengan jalan memasarkannya ke luar negeri. Apabila langkah tersebut
berhasil maka dengan sendirinya akan banyak Negara majua yang lainnya yang
tertarik dan memacu produksi dan ekspornya. Selanjutnya, Negara berkembang juga
tak mau ketinggalan dan berpartisipasi pula melakukan hal yang sama. Perlahan
tapi pasti keunggulan komparatif yang semula dimiliki Negara maju beralih ke
Negara berkembang. Akhirnya Negara maju yang tidak lagi dapat mempertahankan
kondisi cost effective akan mengimpor
dari Negara yang semula konsumennya.
Tahap – tahap siklus hidup produk
internasional (bagi Negara yang memulainya, dalam contoh table Amerika Serikat)
|
TAHAP
|
IMPOR/EKSPOR
|
PASAR SASARAN
|
PESAING
|
BIAYA PRODUKSI
|
|
(0)
Inovasi lokal
|
Tidak ada
|
Amerika Serikat
|
Sedikit: Perusahaan Lokal
|
Pada mulanya tinggi
|
|
(1)
Inovasi luar negeri
|
Ekspor meningkat
|
Ameriika Serikat dan Negara Negara
maju
|
Negara maju
|
Menurun sebagai akibat tercapainya
skala ekonomis
|
|
(2)
Kedewasaan
|
Ekspor stabil
|
Negara maju dan Negara Berkembang
|
Negara maju
|
Stabil
|
|
(3)
Imitasi di seluruh dunia
|
Ekspor menurun
|
Negara berkembanga
|
Negara maju
|
Meningkat karena berkurangnya skala
ekonomis
|
|
(4)
Pembalikan
|
Impor meningkat
|
Amerika Serikat
|
Negara maju dan Negara berkembang
|
Meningkat karena adanya kelemahan
komparatif
|
Sumber
: Onkvisit & Shaw (1983)
2.8 Produk Baru dalam Pemasaran
Global
Dalam lingkungan pasar yang
hiperkompetitif dewasa ini, banyak perusahaan yang menyadari bahwa pengembangan
dan introduksi produk baru secara berkesinambungan merupakan kunci untuk dapat
bertahan dan tumbuh. Semua perusahaan selalu berinovasi agar dapat menghasilkan
produk baru kelas dunia. Selain itu, karakteristik perusahaan – perusahaan
tersebut sebagai berikut :
1. Berfokus
pada satu atau hanya beberapa bisnis
2. Manajemen
senior terlibat secara aktif dalam menentukan dan menyempurnakan proses
pengembangan produk.
3. Berkemampuan
untuk merekrut dan mempertahankan karyawan terbaik dalam bidangnya
4. Menyadari
sepenuhnya bahwa faktor kecepatan dalam memasarkan produk baru memperkuat
kualitas produk.
Tingkat kebaruan (newness) dalam produk baru bisa ditinjau
dari tiga konteks : produk, organisasi, dan pasar. Produk bisa berupa temuan
atau inovasi yang benar benar baru, seperti halnya telepon seluler dan compact disc. Derajat kebaruan bisa pula
dilihat dari perspektif organisasi , dimana perusahaan menghasilkan produk
tertentu yang sudah ada di pasar, namun perusahaan sendiri belum pernah
menghasilkannya. Selain itu, produk yang sudah ada dan bukan hal baru bagi perusahaan
bisa jadi merupakan produk baru bagi pasar tertentu.
Ada tiga aspek penting yang perlu
ditelaah dalam pengembangan produk baru untuk pasar global. Pertama , identifikasi produk baru yang
bisa bersumber dari pelanggan, pemasok, pesaing, wiraniaga, perusahaan,
distributor, dan agen, eksekutif kantor cabang, eksekutif kantor pusat, sumber-
seumber dokumentasi, dan observasi langsung di lingkungan pasar. Kedua , pembentukan departemen produk
baru internasional yang menjalankan 4
fungsi utama: (1) memastikan bahwa semua sumber informasi yang relevan
dimanfaatkan secara berkesinambungan untuk ide produk baru; (2) menyaring ide –
ide tersebut untuk mengidentifikasi kandidat atau calon yang bakal diteliti
lebih lanjut; (3) menyelidiki dan menganalisis ide produk baru terseleksi; dan
(4) memastikan bahwa organisasi memberikan komitmen sumber dayanya bagi
kandidat produk baru yang paling menjajikan dan secara berkesinambungan
terlibat dalam program yang teratur untuk memperkenalkan dan mengembangkan
produk baru di seluruh dunia. Ketiga ,
pengujian produk di pasar nasional untuk mengantisipasi segala kemungkinan
masalah yang mungkin timbul. Pengujia produk di pasar aktual sangat perlu
dilakukan sebelum melangkah lebih lanjut dengan skala penuh introduksi produk
baru.
Dalam hal inovasi produk baru,
biasanya konsumen melewati proses adopsi yang
melewati 5 tahap :
1. Kesadaran
(awareness), ketika konsumen pertama
kali mendapatkan informasi atau mengetahui adanya produk atau inovasi baru.
2. Minat
(interest), ketika konsumen mulai
tertarik untuk mencari informasi lebih lanjut, misalnya dengan memusatkan
perhatiannya pada komunikasi pemasaran berkaitan dengan produk inovasi tersebut,
atau mencari inovasi tamabahan dari berbagai sumber lainnya.
3. Evaluasi,
dimana konsumen menilai manfaat produk dalam kaitannya dengan kebutuhan saat
ini dan kebutuhan masa depan yang diantisipasi dari sekarang.
4. Trial,
yakni menguji coba produk, baik dengan memanfaatkan produk sampel, test drive, maupun membeli dalam jumlah
terbatas.
5. Adopsi,
dimana konsumen memutuskan membeli atau setia pada produk, merek, mapun
produsen tertentu.
Berdasarkan teori difusi dari
Everett Rogers ada lima kategori adopter berdasarkan tingkat inovasi yaitu:
kelompok innovatorsi (2,5 persen dari
total pembeli produk), early adopters
( 13,5 %), early majority (34%), late
majority (34%), dan laggard
(16%).
2.9
Jasa Global
Dalam beberapa tahun terakhir,
peranan sektor jasa semakin meningkat tajam. Internasionalisasi jasa juga
mengalami pertumbuhan pesat, baik dalam bentuk jasa professional , experiental services, maupun jasa yang
melekat pada produk fisik. Perdagangan dunia dalam sektor jasa kini mencakup 25
% dari nilai total perdagangan global (Kotabe, Murray & Javalgi, 1998)
dengan tingkat pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan perdagangan barang.
Pemasaran jasa internasional berbeda
dengan pemasaran jasa domestik dalam sejumlah hal. Perbedaan-perbedaan tersebut
berkaitan dengan jarak, sosiokultural, teknologikal, ekonomi, politik serta
hukum antar pasar domestik dan pasar luar negeri. Faktor pemicu
internasionalisasi jasa bisa dikelompokan menjadi dua kategori utama, yakni firm
level drivers dan industry level drivers. Dalam setiap
kategori terdapat pemicu spesifik.
- Firm level drivers
Kategori
ini meliputi sejumlah faktor berikut.
- Mencari pasar (market seeking). Para eksportir mencari pasar baru dalam rangka memanfaatkan potensi pertumbuhan di pasar tersebut.
- Mengikuti klien. Klien menuntut pemasok menyediakan jasa yang sama di lokasi baru.
- Tekanan pasar domestik. Pasar domestik yang ada sudah mulai jenuh.
- Mengikuti pesaing. Beberapa perusahaan jasa mengamati para pesaingnya yang berekspansi ke luar negeri.
- Membangun keahlian. Beberapa pasar dipandang sebagai lead countries, di mana inovasi dalam hal teknologi dan strategi disana berlangsung lebih cepat daripada negara-negara lainnya.
- Melakukan preemptive strikes. Menjadi perusahaan pertama yang memasuki sebuah pasar negara baru biasanya memberikan first-mover advantage apabila market entry tersebut ditangani dengan baik.
- Pesanan tidak terduga (unsolicited orders). Hal tersebut biasanya terjadi karena sebuah perusahaan jasa memiliki reputasi internasional atau teknologi inovatif yang dibutuhkan untuk menagani proyek tertentu diluar negeri.
- Industry level drivers.
Kategori
ini meliputi 5 faktor utama yakni sebagi berikut.
- Faktor persaingan. Contohnya kehadiran pesaing dari berbagai negara, tingkat ekspor dan impor yang tinggi.
- Faktor pasar. Contohnya semakin berkembangnya transferable marketing dan pelanggan global.
- Faktor teknologi. Contohnya kemajuan telekomunikasi, komputerisasi dan peralatan elektronik, digitalisasi suara dan video.
- Faktor biaya.Contohnya ketersediaan dukungan logistik global dan kebutuhan untuk menutupi biaya pengembangan produk yang mahal.
- Faktor pemerintah. Contohnya adanya regulasi pemasaran dan kebijakan perdagangan yang kondusif.
Lovelock menegaskan bahwa pengaruh
kelima faktor utama tersebut berbeda-beda untuk setiap jenis jasa. Berikut ini
adalah kategori jasa menurut tipologi Lovelock&Yip.
1. People-processing
services
Dalam tipe ini, pelanggan menjadi
bagian utama dari proses produksi jasa yang berlangsung secara simultan dengan
konsumsi jasa bersangkutan (hotel, jasa transportasi). Tipe ini bercirikan
kontak langsung antara penyedia jasa dan pelanggan. Dalam konteks pemasaran
jasa internasional, dibawah ini terdapat tiga opsi yang mungkin dilakukan.
§ Mengekspor
konsep jasa. Penyedia jasa bisa bekerja sama dengan pemasok lokal maupun
beroperasi sendiri dalam mendirikan service factory di negara lain,
(contoh : restoran,bank).
§ Mengimpor
pelanggan (importing customers). Pelanggan dari negara lain dipikat
dengan daya tarik atau kompetensi unik untuk datang ke service factory di
home country penyedia jasa, (contoh : kesehatan, pariwisata).
§ Memindahkan
pelanggan ke lokasi baru. Dalam jasa transportasi penumpang, memasuki pasar
internasional berarti membuka rute baru ke tempat tujuan yang diharapkan.
- Possession-processing services
Dalam tipe ini, penyedia jasa
melakukan sesuatu atas produk fisik milik pelanggan untuk meningkatkan nilai
produk tersebut bagi pelanggan, (contoh : jasa reparasi peralatan elektronik, cleaning
services).
3.
Information-based services
Tipe jasa ini meliputi dua jenis,
yaitu mental-processing services (jasa yang ditujukan pada pikiran
pelanggan, misal berita dan hiburan) dan information-processing services (jasa
yang ditujukan pada aset intangible pelanggan, contohnya jasa akuntasi,
perbankan). Information-based services dapat didistribusikan secara
internasional melalui salah satu dari empat cara berikut.
- Mengekspor jasa kepada service factory lokal, (film produksi Hollywood ditayangkan di bioskop negara luar Amerika).
- Mengimpor pelanggan, (universitas luar negeri menerima mahasiswa dari negara lain).
- Mentransformasikan jasa ke dalam barang fisik dan mengekspornya, (CD musik, DVD game).
- Mengekspor informasi via telekomunikasi dan mentranformasikannya secara lokal, (download software (aplikasi) komputer).
Patterson & Cicic
mengemukakan tipologi perusahaan jasa yang berkiprah dalam pemasaran global
berdasarkan dua dimensi utama, yakni tingkat tangibility dan tingkat
face-to-face contact yang dibutuhkan untuk memproduksi menyampaikan jasa. Dalam
tipologi ini terdapat empat jenis perusahaan jasa sebagai berikut :
1.
Location-Free Profesional Services
Dalam tipe ini, penyedia jasa tidak
harus ada di negara lain secara permanen. Strategi market entry biasanya
dijalankan dengan cara mengirim personel kunci (misalnya, manajer proyek, environmental
scientist) ke negara tujuan pemasaran selama periode waktu yang relatif
singkat untuk merampungkan proyek dan kemudian kembali lagi ke negaranya.
2.Location-Bound
Cusomized Projects
Tipe ini lebih bersifat jangka
panjang, membutuhkan interaksi personal antara klien dan penyedia jasa,
menuntut fleksibilitas dan adaptasi situasional, serta memerlukan kehadiran
permanen di negara tujuan pemasaran, contohnya manajemen proyek.
3.Standardized
Services Packages
Tipe jasa ini terkait erat dengan
produk fisik, seperti perangkat lunak, compact disc, paket kursus
pendidikan jarak jauh terstandarisasi, atau kursus pelatihan teknis. Contoh
waralaba.
4.Value-Added
Customized Projects
Perusahaan-perusahaan dalam tipe ini
sangat membutuhkan tingkat interaksi tinggi dengan kliennya dalam rangka
memberikan layanan sesuai dengan harapan klien. Contohnya on-site training
dan penyediaan jasa catering.
2.9.1 Tantangan Pemasaran Jasa Internasional
Perusahaan
yang berkecimpung dalam ekspor jasa menghadapi masalah-masalah yang sama dengan
eksportir barang. Akan tetapi, ada sejumlah masalah tambahan yang mempengaruhi
strategi pemasaran jasa internasional, di antaranya sebagai berikut.
- Isu-isu penyampaian jasa.
- Kebutuhan infrastruktur. Ekspor jasa seringkali tergantung pada infrastruktur yang tersedia.
- Kebutuhan akan kontak langsung.
- Proteksi yang lebih besar.
Dan
berikut ini beberapa strategi dasar untuk menghadapinya :
- Embodying. Dalam strategi ini, perusahaan jasa memasukkan atau mengemas jasa dalam produk fisik, contohnya Yves St. Laurent menciptakan “style” dengan cara mengemas jasanya dalam busana yang dijual melalui outlet terkemuka di seluruh dunia.
- Pemanfaatan teknologi. Contohnya pemasaran melalui e-commerce.
- Customizing. Sejumlah pemasar jasa dapat melayani permintaan sesuai dengan kreasi pribadi sang pelanggan. Contohnya jasa desainer Giogio Armani.
- Sistem manajemen superior. Sistem manajemen superior memungkinkan organisasi jasa menangani masalah heterogenitas jasa secara lebih efektif. Penyediaan jasa kualitas tinggi dan konsisten akan mengarah pada terciptanya keunggulan bersaing. Contohnya hotel Hyatt.
- Kualitas jasa superior. Melalui sistem manajemen berkualitas, penyedian jasa yang unik, ataupun customization. Contohnya Domino Pizza sebagai pemerakarsa home delivery.
- Macromarketing. Menerapkan strategi-strategi yang dibahas oleh pemerintah (kebijakan), baik di negara asal maupun di negara tujuan pemasaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produk merupakan aspek penting dalam
program pemsaran internasional. Menurut Kotler (2000) produk didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang bisa ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Produk lokal berbeda dengan produk global, sebagai pemasar harus
cerdas dalam melihat kondisi pasar internasional. Agar produk maupun jasa yang
dipasarkan dalam pasar global itu tepat sasaran dan mendapat respon positif
dari konsumen, pemasar harus cermat dalam mengatur strategi ekspansi pasar dan
positioning produk global dalam pasar internasional. Selain itu pemasar harus
kreatif dalam mendesain dan memodifikasi produk, karena pada saat tertentu
desain produk sertamodifikasi produk dapat meningkatkan penjualan. Strategi
tidak hanya untuk program ekspansi pasar, tetapi bagaimana memperpanjang siklus
hidup produk.
Daftar Pustaka
- Cateora, R.Philip dan Graham, L. John. 2007. International Marketing (jilid 1 edisi 13). Salemba Empat: Jakarta
- Tjiptono, Fandy. 2006. Pemasaran Jasa. Bayumedia: Malang
- Chandra, Gregorius dkk. 2004. Pemasaran Global ; Internasionalisasi dan Internetisasi. Penerbit Andi: Yogyakarta
emang bener ya coca cola di jual di jepang dengan rasa gingseng..
BalasHapusKalo boleh tau ini materi pemasaran atau bisnis internasional?
BalasHapusmampir donk ke:
BalasHapuskepitingonline.blogspot.com/